Oke, mari melanjutkan cerita kita tentang tarling di Cairo. Masjid selanjutnya, masjid tempat saya ketemu syeikh Syadzuli 2-3 kali seminggu, masjid Sholeh Ja’fari. Tempatnya sangat strategis karena terletak persis di terminal akhir Darrosah. Interior yang Romadhon tahun ini diperbarui di masjid ini membuat mata saya segar ketika menghabiskan waktu di dalam. Dengan kipas angin yang hampir rata di seluruh ruangan, membuat kita lupa kalau romadhon jatuh di musim panas. Hampir kaya di Masjid Wonokerto, dengan 20 rekaat tarawih dan 3 witir dengan ayat-ayat pendek membuat tarawih disini tidak terlalu menghabiskan tenaga dan waktu :).
interior masjid Arrohman Arrohim
Berbeda dengan Masjid Ja’fari yang tidak begitu megah, masjid Arrohman Arrohim yang berada tidak jauh juga dengan Buuts ini terkenal dengan kemegahannya. Selain untuk sholat, masjid ini sering kali digunakan orang Mesir (tentunya yang kaya) untuk mengadakan walimahan. Interior masjid pun tak kalah megahnya dengan bangunan dari luar, yang nonstop dan segar (lebih ke membuat ngantuk tepatnya) membuat sholat dengan banyak jamaah tidak terasa sumpek. karena mushola sayyidat berada di atas, ada LCD layar lebar untuk melihat imam nya secara live. Sholat dengan 8 tarawih ini hampir sainterior masjid Arrohman Arrohiminterior masjid Arrohman Arrohimma dengan masjid Syurthoh yang menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam. Selain untuk menikmati sholat yang nyaman, jamaah (lebih tepatnya saya dan teman2) tidak lupa narsis dulu di depan masjid untuk mengabadikan kemegahan masjid ini hahaha.
masji Arrohman Arrohim (tampak dari depan)
Next, Masjid yang sejak awal saya di Mesir menjadi masjid pilihan untuk sholat tarawih ketika harus buka puasa di luar. Karena letaknya di awal sabi’ (dekat dengan kuliah banat) dimana semua bus yang ke buuts melewatinya, masjid yang menghabiskan 8 rekaat tarawih dengan singkat ini membuat kami (anak buuts) tidak harus melanggar jam ta’khir masuk buuts. Yup, Masjid Nur el Khottob. Dengan ruangan sayyidat yang tidak begitu luas, masjid ini tetap menjadi pilihan anak-anak buuts untuk melaksanakan sholat tarawih ketika waktu mendesak hehehe.
Tidak jauh lokasinya dengan masjid Nur Khitob, masjid Rob’ah Adawiyah juga menjadi salah satu masjid yang pernah saya kunjungi. Kalau anda tidak lupa kejadian 1 tahun yang lalu tepatnya di bulan Juni 2013, Masjid ini lah yang menjadi markaz utama demonstran pendukung presiden terakhir Mesir yang terguling (you know who). Sejak saat itu sampai sekarang walaupun sudah stabil seperti semula dan direnovasi sana sini, saya tetap belum pernah ke sana lagi :D. Tapi, kenangan sholat di masjid ini masih mennyenangkan. Sholat di halaman masjid beratap langit, menjadi pilihan saya dibanding masuk ke dalam masjid, karena udara yang lebih segar dan akses kemana pun yang lebih gampang. Kultum yang mengisis sela-sela 4 rekaat tarawih di masjid ini tidak membuat tarawih di sini memakan waktu yang lama. Karena bacaan pendek dengan intonasi yang santai (tidak terlalu cepat) di sholat tarawihnya, kurang lebih 1 jam sholat tarawih di masjid ini sudah bisa diselesaikan.
Sebelum terakhir, masjid yang paling dekat dengan Buuts tapi paling jarang saya kunjungi, Masjid Nady Moyah. Pilihan sholat di masjid ini menjadi pilihan terakhir ketika badan capek tapi males sholat sendirian di masjid al ikhlas (baca: di kamar sendiri). Dengan bacaan ayat-ayat pendek dan gerakan sholat yang cepat, 8 rekaat tarawih plus witir selesai kurang dari 30 menit (nah lho). Masjid ini jadi mengingatkan saya jamaah di pondok Al Muayyad yang di ndalem, karena durasi yang terhitung sangat singkat. Cepat sih…..tapi kurang nikmat haha. Read the rest of this entry →